terios photo terios.gif

Senin, 18 November 2013

RUMAH MBAH MARIDJAN OBJEK WISATA WAJIB SAHABAT PETUALANG

Berita ini juga dimuat pada VIVALOG Wisata Siapa yang tak kenal dengan lekaki paruh baya yang dulu tampil pada iklan minuman energi ? Dari anak kecil hingga manula tahu bahwa beliau adalah Mbah Maridjan .
Mbah Maridjan bergelar Raden Ngabehi Surakso Hargo dengan nama asli: Mas Penewu Surakso Hargo lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 5 Februari 1927 – meninggal di Sleman, Yogyakarta, 26 Oktober 2010 pada umur 83 tahun. Almarhum adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi. Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982. Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas tersebut, Mbah Maridjan ditunjuk untuk menjadi bintang iklan salah satu produk minuman energi dan sempat diundang oleh pemerintah Jerman untuk menyaksikan langsung Piala Dunia 2006 meskipun beliau tolak. Menyebut Mbah Maridjan tentu tidak bisa lepas dari gunung Merapi , salah satu gunung tertinggi dan teraktif di Indonesia malahan dunia. Karena itu lah Merapi menjadi bagian dari rute Ekspedisi Terios 7 Wonders.  
Berikut ini review perjalanan sahabat petualang saat berada di lereng gunung Merapi.
Sebanyak 7 unit Terios bertema: TERIOS 7 WONDERS SAHABAT PETUALANG mengarungi, menikmati dan menemukan surga-surga tersembunyi sepanjang perjalanan antara Jawa sampai Nusa Tenggara Barat (NTB). Perjalanan dimulai pada tanggal 30 September 2013, dengan rute Jakarta-Sawarna-Merapi-Tengger-Baluran-Rambitan-Dompu dan berakhir di Pulau Komodo pada 12 Oktober 2013.
Rabu ( 3/10 ) peserta Ekspedisi Terios 7 Wonders terdiri dari 7 orang blogger, 7 orang media, 7 orang driver dan sisanya tim pendukung dari mobil Daihatsu Terios TX terbaru melakukan penanaman pohon sebagai bentuk kepedulian terhadap lereng Merapi melakukan penanaman 10.000 pohon.
 Ini akan sangat berarti bagi penghijauan kembali lereng Merapi meskipun ini akan memakan waktu yang cukup lama. Acara penanaman pohon ini dilakukan secara simbolis oleh perwakilan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, perwakilan Bupati Sleman, perwakilan Forum CSR Kessos DIY dan perwakilan dari Astra Daihatsu Motor. Usai acara penanaman pohon, tim Terios 7 Wonders dihibur oleh pertunjukan jathilan kuda lumping khas Desa Kinahrejo.
 Paduan gamelan, satu set drum, dan penari yang memakai kostum warna-warni menarik perhatian anak-anak kecil setempat. Langit pagi itu agak mendung dan anak-anak terlihat sangat betah melihat tarian yang menceritakan tentang kegagagahan pahlawan-pahlawan kita menunggangi kuda pada saat melawan penjajah Belanda . Pemain jathilan sendiri adalah warga asli yang kini tinggal di hunian tetap.

 Selanjutnya, sahabat Petualang dijadwalkan mengunjungi Desa Kinahrejo di Lereng Merapi. Siang itu langit separuh kelabu. Walau hampir jam 12.00 siang, suasananya seperti menjelang petang. Desa ini merupakan desa paling dekat dengan puncak Gunung Merapi di sisi selatan, sekaligus diapit oleh dua jalur lahar merapi, yaitu Kali Adem dan Kali Kuning. Desa ini juga merupakan base camp pendakian Gunung Merapi sekaligus kediaman juru kunci Merapi yang legendaris, yaitu (alm) Mbah Maridjan. Di kawasan ini pula terdapat obyek wisata Bebeng yang berada persis di samping Kali Adem. Awalnya, jalanan menuju rumah alm. Mbah Maridjan masih normal dan beraspal. Sisanya? Butuh kelihaian pengemudi karena jalanannya licin dengan tebing pasir di kanan kirinya. Kontur medannya pun tidak rata, banyak tanjakan dan turunan yang membuat jantung agak dagdigdug. Ketika lava tour, kita juga sempat melewati jalur berkelok-kelok dengan jurang besar berisi mobil pengeruk pasir yang sedang bekerja. Untungnya, anggota tim Terios 7 Wonders ini adalah jurnalis-jurnalis otomotif yang sudah sering menjajal performa mobil seperti di acara Top Gear, para Sahabat Petualang pun bisa duduk anteng sambil bercanda via HT.
 Bagi Puput salah satu peserta petualang, diantara 7 keajabaiban versi Daihatsu Indonesia yang terangkum dalam ekspedisi Terios 7 Wonders, inilah obyek yang memiliki ikatan emosional paling kuat. Sebagai anggota klub pecinta alam, Puput merasa Bebeng seperti halaman belakang klub pecinta alam Jogja dan sekitarnya. Menurut Puput setiap klub pecinta alam pasti akan bermain dan berlatih di sini, entah sekedar bermalam sambil menyalakan api unggun atau berlatih navigasi medan dan survival. Kawasan ini sebenarnya sangat asri dan menawarkan medan penjelajahan yang menantang. Ekosistemnya pun masih sangat terjaga, bahkan saya masih bisa menyaksikan Elang Jawa yang langka terbang bebas menukik menembus hutan lanjut Puput.

Puing Rumah Mbah Maridjan
 Namun, Allah berkehendak lain. Tahun 2006, Merapi meletus dan menyemburkan awan panas atau lebih dikenal dengan sebutan wedhus gembel. Kawasan Bebeng tersapu awan panas dan tertimbun lahar panas hingga porak poranda. Dua orang menjadi korban keganasan Merapi karena terjebak dalam bunker. Namun, Desa Kinahrejo masih selamat dalam musibah ini. Mbah Maridjan yang bersikukuh tak mau turun meskipun sudah diperingatkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi buah bibir karena keteguhannya untuk tetap menjaga Merapi sesuai titah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Tahun 2010, Merapi kembali mengamuk dan kali ini erupsinya jauh lebih dahsyat sehingga menyapu bersih desa-desa di sekitarnya, termasuk Desa Kinahrejo. Korban jiwa pun jauh lebih banyak, hingga 277 orang, termasuk juru kunci Merapi Mbah Maridjan. Beliau yang tinggal hingga detik-detik terakhir akhirnya menemui ajalnya, bersama dengan 2 orang wartawan yang hendak menjemput dan penduduk sekitar yang masih tinggal. Awan panas lebih dari 600 derajat Celcius menerjang Desa Kinahrejo dan menyapu bersih semuanya tanpa terkecuali.
Puing Rumah Mbah Maridjan
 Di tanah lapang berdebu, iring-iringan kendaraan kembali mengatur barisan. Lahan parkir ini berada sedikit ke bawah dari rumah Si Mbah. Karenanya, mereka harus berjalan kaki sejauh 50 meter ke atas sana untuk sampai di halaman depan rumah Mbah Maridjan.Tak jauh dari lahan parkir, sebuah spanduk membentang tinggi di atas jalan. Tugasnya hanya sebagai penyambut tamu dengan kata-kata tanpa suara. “SELAMAT DATANG DI RUMAH ALMARHUM MBAH MARIDJAN KINAHREJO” Rumah Mbah Maridjan, juru kunci Merapi, yang hancur diterjang awan panas kini menjadi obyek wisata wajib di Desa Kinahrejo
Material yang disemburkan Merapi benar-benar menghancurkan semuanya. Yang tampak hanya timbunan pasir dan batu yang memenuhi lereng Merapi. Penduduk asli pun terpaksa pindah ke hunian sementara (huntara) yang kini menjadi hunian tetap, karena memang hampir tak mungkin lagi membangun di kawasan ini.

 Hal-hal yang harus diperhatikan ketika mengunjungi Desa Kinahrejo dan sekitarnya:
- Jangan mencoba naik motor atau mobil biasa jika tidak terbiasa menyetir di jalur offroad.
- Pakai masker hidung ketika berkeliling naik mobil jeep di jalur lava tour, kalau perlu pakai kacamata masker jika mata kamu sensitif. Kalau kulit kamu sensitif, pakai baju dan celana lengan panjang.
- Pakai lotion atau sunblock dari tempat keberangkatan dan pastikan sudah kering (meresap di kulit) ketika lava tour. Karena kalau belum, debu pasir akan mudah menempel di wajah dan di kulit.
- Pastikan kamera dilengkapi strap ketika mengambil foto di atas jeep yang sedang berjalan. Tujuannya untuk meminimalisir kemungkinan kamera lepas dari tangan karena guncangan.
- Jangan berdiri terlalu dekat dengan jurang ketika ingin melihat mobil pengeruk pasir karena pasirnya bisa ambles ke bawah kapan saja.
- The most important thing: karena akan sulit menemukan tempat sampah, bawa kantong plastik atau kantongin sampah sendiri dan jangan membuang sampah sembarangan di area pasir.

Mengeruk Pasir sebagai mata pencaharian penduduk
Tetapi memang Allah Maha Adil. Masyarakat lokal kini sudah bangkit lagi. Kawasan lereng Merapi yang tertimbun muntahan lahar menjadi obyek wisata baru yang unik dan berbeda dari sebelumnya. Timbunan material yang menyelimuti kontur Merapi yang berbukit-bukit menjadi jalur offroad yang sangat menantang namun mengasyikkan. Merapi Lava Tour, demikian aktifitas ini disebut, menjadi primadona wisata baru di Yogyakarta. Ini lah sekelumit cerita tentang para sahabat petualang dalam menjelajahi 7 surga wisata yang tersebunyi di Nusantara. 
Sumber :





Minggu, 10 November 2013

Perjalanan Panjang Sahabat Petualang Daihatsu

Berita ini juga dimuat pada VIVALOG http://us.log.viva.co.id/news/read/458439-perjalanan-panjang-sahabat-petualang-daihatsuSaat waktu senggang ditengah aktifitas mengajar maupun dirumah , browsing internet via hp merupakan sesuatu yang hal yang wajib. Dengan mengandalkan aplikasi Opera Mini situs berita Vivanews  maupun jejaring sosial : facebook selalu menemani hari-hari ku agar tidak pernah ketinggalan berita teraktual .
Sekitar akhir Oktober kulihat pada Vivanews lagi-lagi memuat berita tentang lomba blog. Berita itu masih ku abaikan karena bagi ku itu hanya bagi pengguna mobil Terios , sebab konsentrasi sedang mengikuti perkembangan kasus kriminal mayat dalam koper, ketua MK, pembunuhan anggota Brimob dan tentunya hasil-hasil pertandingan sepakbola.
Rasa penasaran akan lomba blog membuat ku kembali membuka dan membaca dengan teliti prosedur dan persyaratan lomba. Hasilnya : hahahayyyy...mengapa tidak ikut ??? 2013 mungkin membawa keberuntungan ku. Belajar blog selama 3 tahun telah membuatku berhasil memenangkan juara II website sekolah pada Gebyar TIK 2013 se Kalsel hanya dengan memodifikasi blogspot. Tak butuh lama, jadilah sebuah blog dengan judul Jelajah Nirwana Nusantara untuk mereview  Ekspedisi Terios 7 Wonders Hidden Paradise yang diharapkan dapat memberikan informasi berbagai tempat wisata yang jarang dikunjungi oleh masyarakat Indonesia.
Berikut ini adalah review perjalanan 14 hari bersama Daihatsu Terios Sahabat Petualang diambil dari terios7wondersnews. Mengusung tema Hidden Paradise, sebanyak 7 unit Terios telah disiapkan untuk mengarungi, menikmati dan menemukan surga-surga tersembunyi sepanjang perjalanan kurang lebih 2.566 Km. Jumlah rombongan yang ikut ada 24 orang terdiri dari 7 orang blogger, 7 orang media, 7 orang driver dan sisanya tim pendukung dari mobil Daihatsu Terios TX terbaru. Perjalanan akan dimulai pada tgl 30 September 2013, dengan rute Jakarta-Sawarna-Merapi-Tengger-Baluran-Rambitan-Dompu dan berakhir di Pulau Komodo pada 12 Oktober.

Rombongan memulai tur 14-hari ini dengan berkumpul di Sentul City, Bogor, dengan mengarah ke Sukabumi dan berakhir di Sawarna, Lebak, Banten. Tanjakan dan turunan yang cukup terjal dengan mudah dan nyaman dapat dilalui oleh Terios yang dibekali mesin 1500cc VVTi. Melewati wilayah perbukitan di Palabuhan Ratu, rombongan dimanjakan dengan keindahan pemandangan pesisir pantainya yang dapat dilihat di sepanjang jalan menuju pantai Sawarna. Keindahan pantai yang masih bersih membuat rombongan memutuskan untuk menikmati terbenamnya matahari, sekaligus bermalam.

Perjalanan hari kedua  menempuh rute terjauh sepanjang 600 kilometer menuju JogJakarta dan Jawa Tengah. Pukul 7 pagi rombongan Terios bertolak. Ditemani cuaca cerah dengan kondisi lalu lintas yang lancar, rombongan pun memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi. Di sini performa mesin 1500 cc VVTi dari New Terios terbukti handal untuk dipacu dalam kecepatan rata-rata 60-80 kpj  dengan transmisi manual 5-percepatan menunjukkan kehandalan dan kelincahannya di jalan yang menuntut kemampuan berkendara ini. Kamis (3/10) dini hari, rombongan akhirnya tiba di Jogjakarta, dan langsung menuju hotel untuk beristirahat.

Kamis pagi perjalanan dimulai dari Hotel Amaris, Jogjakarta dan mampir ke showroom Daihatsu di Jalan Raya Magelang. Tim menunggu dan bertemu sejumlah perwakilan dari Daihatsu dan Gubernur Jogjakarta yang akan bertolak ke Merapi. Perjalanan dari kota Jogjakarta menuju Desa Kinahrejo ditempuh kurang dari 60 menit berkat kondisi lalu lintas yang masih terbilang lengang di pagi itu. Sesampainya di lokasi, rombongan disambut dengan alunan musik gamelan Jawa beserta tarian Kuda Lumping.
Kemudian seluruh tamu undangan dan peserta tour secara bergilir melakukan penanaman 10.000 pohon secara simbolik untuk menghijaukan kembali desa yang sempat terporak-porandakan akibat musibah meletusnya Gunung Merapi pada November 2010. Seusai menanam pohon dan makan siang, tim memutuskan untuk mengunjungi kediaman almarhum Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi, sekaligus melakukan Lava Tour di Desa Cangkringan yangberada di kaki Gunung Merapi. Selama ‘offroad’ debu-debu beterbangan hingga mengganggu pemandangan. Setelah selesai ‘bermain’ di medan menantang di Cangkringan, tim memutuskan untuk kembali ke penginapan sore harinya dan beristirahat.
Jumat 4/10  konvoi menuju Malang, Jawa Timur. Dan bisa dibilang tidak ada yang istimewa dari rute perjalanan sepanjang 342 km ini karena medannya terbilang biasa saja. Namun, keakraban dan kehangatan di antara para peserta, yang akrab dengan sebutan Sahabat Petualang Terios, semakin terasa. Untuk menghilangkan rasa jenuh akibat panjangnya perjalanan, tidak jarang rombongan memanfaatkan radio HT untuk mencairkan suasana Malamnya, rombongan akhirnya tiba di kota Malang dan menuju ke penginapan setelah makan malam sebelumnya.

Pagi hari  perjalanan  dilanjutkan menuju Tengger di kawasan Gunung Bromo. Total perjalanan rombongan hingga hari ke-5 lebih dari 1000 km. Di sana rombongan mendapat tambahan anggota rombongan, yaitu beberapa rekan media dari Malang. Memulai perjalanan menuju Bromo, rombongan langsung disambut oleh padatnya lalu lintas di Malang, selebihnya hingga Desa Lumajang lancar. Dari Desa Lumajang menuju Bromo, rombongan kembali harus menghadapi medan ekstrim berupa tanjakan terjal berkelok dengan permukaan jalan rusak dan berbatu, dan lebarnya hanya cukup untuk dilewati oleh satu mobil. Setibanya di lokasi pada malam harinya, rombongan langsung santap malam dan menginap di dalam tenda di pinggir danau Ranu Pani, Tengger, yang ditemani dengan hangatnya api unggun.

Indahnya pemandangan Ranu Pani yang tidak tampak sebelumnya pada malam hari, menyambut rombongan bersama sorot cahaya matahari terbit dari bukit. Di pagi minggu  itu juga para Sahabat Petualang beserta perwakilan dari ADM memberikan sumbangan berupa peralatan kebersihan yaitu sejumlah sapu lidi dan tempat sampah, agar lokasi wisata di kawasan TNBTS selalu terjaga kebersihannya. Kegiatan di pagi itu dilanjutkan dengan mengeksplorasi kawasan Tengger dengan mengendarai Daihatsu Terios. Setelah itu, rombongan pun kemballi melanjutkan perjalanan menuju surga pariwisata tersembunyi di Indonesia berikutnya, yaitu ke Taman Nasional Baluran. Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Namanya diambil dari nama gunung Baluran yang berada di daerah tersebut.Taman ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun.
Setelah santap makan malam beberapa Sahabat Petualang memutuskan untuk melakukan Safari Night berjalan kaki di kawasan sabana Baluran di sekitar wisma tempat tim menginap malam itu. Kabarnya di kawasan sabana yang sangat luas ini sering terlihat beberapa ekor rusa dan kijang. Wilayah Taman Nasional Baluran dijuluki “Africa From Java” dan dibuat sealami mungkin. Praktis tidak ada pencahayaan sama sekali dan tim hanya mengandalkan sorot lampu senter untuk memantau apa saja yang ada di sekitar tim. Tim cukup beruntung karena dapat melihat beberapa ekor rusa yang berkeliaran di alam bebas sedang menjalani aktivitasnya walau hanya dari jarak jauh.


Hari ke-7. Tim kembali ke sabana untuk menyaksikan indahnya pemandangan di alam liar saat matahari terbit. Momen ini pun tidak disia-siakan oleh tim untuk mengabadikannya dengan kamera masing-masing. Setelah itu tim kembali ke wisma dan sarapan.

Tim pun melanjutkan perjalanan 14 hari tim untuk meninggalkan pulau Jawa dan menuju Pulau Dewata.
Setibanya di pelabuhan Ketapang, rombongan pun menyebrang ke Bali menggunakan kapal ferry. Sampai di pelabuhan Gilimanuk, rombongan langsung merapat ke rumah makan terdekat untuk mengisi perut. Makan siang selesai, rombongan melanjutkan perjalanan meninggalkan Gilimanuk menuju Kuta. Kembali, jalan naik-turun berkelok rombongan jumpai di sini. Namun bedanya, rombongan harus menghadapi kondisi lalu lintas lebih padat yang sedikit menghambat laju Sahabat Petualang Terios7Wonders. Tidak jarang kendaraan besar seperti bis tidak mau mengalah. Setelah senja rombongan pun tiba di Kuta dan langsung menuju penginapan untuk beristirahat. Sayang sekali waktu rombongan di Bali sangat singkat, karena rombongan sempat berniat untuk berjalan-jalan di salah satu kota di Indonesia yang paling dikenal di kalangan internasional. Tapi apa boleh buat, mengingat esok paginya rombongan harus kembali bertolak menuju Mataram.
Bertolak pada hari Rabu (9/10) pagi dari penginapan di kota Mataram, rombongan 7 unit Daihatsu Terios memulai tur di hari ke-9 menuju Sade. Sade adalah sebuah dusun di desa Rambitan, Pujut, Lombok Tengah, yang dihuni oleh penduduk asli Pulau Lombok, yaitu suku Sasak. Karena masih kuatnya adat suku Sasak yang dipertahankan oleh para penghuninya, Dinas Pariwisata setempat menjadikannya sebagai desa wisata. Setibanya di Sade, rombongan Sahabat Petualang Terios disambut oleh alunan musik dan tarian tradisional Kedang Belek berupa 2 buah drum besar dimainkan oleh 2 musisi, yang diiringi oleh musik gamelan.  Selepas dari desa Sade, tim Terios 7 Wonders Hidden Paradise berlanjut mengkuti kegiatan CSR Daihatsu di SMA AL Masyhudien NW Kawo. Lalu mengunjungi Pantai Pink di Tanjung Ringgit.
Selanjutnya rombongan disuguhi oleh pertunjukan Peresehan, tradisi setempat berupa perkelahian antara dua pria menggunakan tongkat rotan panjang dan perisai yang terbuat dari kulit sapi. Awalnya kegiatan ini merupakan bagian dari peperangan namun saat ini hanya dilakukan untuk menghibur wisatawan. Rombongan diajak untuk berkeliling desa Sade dengan panduan dari salah seorang penduduk asli. Sebagian besar suku Sasak bekerja sebagai petani, sedangkan sebagian besar penduduk wanitanya memiliki keahlian dalam membuat kain tenun. Ada satu hal yang unik dari desa Sade adalah cara penduduknya membersihkan lantai rumah mereka dengan menggunakan kotoran kerbau. Menurut mereka cara ini lantai rumah dapat lebih hangat dan dijauhi oleh nyamuk.
Perjalanan dari Mataram ke Pantai Pink di hari Rabu (10/10) memerlukan waktu 2 jam, dan untuk menuju ke sana rombongan harus melalui hutan gersang dengan kondisi jalan yang rusak dan berbatu. Dinamai Pantai Pink karena jika dilihat dari kejauhan sekilas pasir dari pantai ini sekilas terlihat berwarna pink atau merah muda. Untuk masuk dari jalan utama ke pantai pun rombongan harus melalui jalan berpasir menurun yang cukup terjal, di sini kembali ketangguhan dari Daihatsu Terios diuji.
 Walaupun keindahan pantainya bisa dibilang tidak berbeda jauh dibanding pantai-pantai yang ada, namun sebutan ‘Hidden Paradise’ layak diberikan pada Pantai Pink karena lokasinya yang terbilang jauh dari pusat keramaian. Bahkan fasilitas penunjuang pariwisata di sekitar pantai pun nyaris tidak ada.
Pepohonan kering yang tumbuh di area pantai menambah keunikan tersendiri dari pantai yang berlokasi di desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur ini. Kemudian rombongan para Sahabat Petualang Terios melanjutkan perjalanan ke Pantai Selong Belanak. Kembali rombongan disajikan dengan kondisi jalan yang ‘tricky’, dengan harus melalui jalan berbukit dan berkelok untuk mengejar momen terbenamnya mentari.  urung untuk mengabadikan keindahan dari pantai itu.
 Sepanjang perjalanan menuju Selong Belanak mereka menjumpai wisatawan bule mengendarai sepada motor dengan membawa papan selancar, yang menandakan bahwa pantai ini merupakan salah satu destinasi pilihan untuk melakukan kegiatan surfing. Dewi Fortuna kali ini tidak berpihak pada rombongan Sahabat Petualang, karena sesampainya di Selog Belanak matahari telah lebih dulu terbenam. Namun itu tidak membuat peserta
 Kamis (10/10 ) setibanya di Sumbawa setelah melakukan penyebrangan dengan kapal ferry selama 4 jam, rombongan Sahabat Petualang Terios langsung tancap gas menuju kota Dompu untuk mengejar waktu agar tidak terlalu malam tiba di penginapan rombongan di sana. Sepanjang perjalanan menuju Dompu, rombongan kembali dibuat kagum oleh keindahan alam Indonesia. Jalanan berliku dengan pemandangan pesisir pantai menemani rombongan . Malamnya rombongan tiba di Hotel Aman Gati Dompu untuk beristirahat.
Jumat (11/10) pagi, rombongan langsung melanjutkan perjalanan ke kota Bima.
Namun sebelumnya rombongan yang mengendarai 7 unit Daihatsu Terios ini terlebih dulu singgah ke desa Palama untuk mengunjungi pemerahan susu kuda liar. Anak-anak sekolah setempat dengan ramah menyambut kedatangan para Sahabat Petualang Terios. Saat makan siang di tengah perjalanan menuju Bima, rombongan kedatangan tamu puluhan Daihatsu Feroza dari komunitas Feroza Fans Club. Setelah sempat melakukan foto bersama, mereka pun mengawal rombongan kami menuju Pelabuhan Sape untuk kami menyebrang ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur
 Perjalanan para Sahabat Petualang menuju Pulau Komodo dimulai dengan bertolak dari Labuan Bajo sebelum matahari tebit, tepatnya pada pukul 05.00 WITA. Dan setelah menempuh perjalanan laut selama 5 jam, tibalah rombongan di pulau tempat bersarangnya binatang-binatang yang menjadi inspirasi Kak Seto dalam membuat serial Si Komo itu. Di sini, para jurnalis berpisah dengan para blogger yang memiliki agenda acara berbeda. Para jurnalis pun menjelajah Pulau Komodo pada siang harinya dengan dipandu oleh dua orang ranger. Karena terbatasnya waktu, rombongan memilih untuk menjalani Short Trek (tour jarak pendek). Sepanjang tur rombongan diajak berkeliling melalui jalur pantai dan bukit yang tandus. Rombongan berhasil menjumpai 5 ekor komodo selama tur.
Sayangnya, semua komodo yang dijumpai tidak menunjukkan aktivitas apapun dan hanya berbaring di bawah pohon. Tidak hanya komodo yang rombongan temui selama tour, beberapa ekor rusa juga dengan bebasnya berkeliaran di sekitar rombongan dan komodo. Menurut yang para ranger kepada para Sahabat Petualang Terios, rusa adalah salah satu mangsa utama dari komodo yang populasinya saat ini sekitar 2000 ekor.
Usai tur rombongan pun kembali menyeberang ke Labuan Bajo untuk mengakhiri hari dan beristirahat, sebelum kembali ke Jakarta esok harinya dan mengakhiri rangkaian Terios 7 Wonders Hidden Paradise. Dengan ini berakhir sudah rangkaian perjalanan yang diikuti oleh 7 jurnalis dan 7 travel blogger dengan 7 unit Daihatsu Terios. Rombongan menempuh jarak lebih dari 2500 kilometer. Amazing !!! andai saja aku tergabung dengan kalian wahai Sahabat Petualang !  aku hanya bisa berkata, sungguh beruntung Kalian  wahai Sahabat !!!














Sumber :
http://daihatsu.co.id/terios7wonders/2013/news
http://girisatrio.wordpress.com
http://maulanaharris.blogdetik.com